Minggu, 08 Januari 2012
Garam sebagai Obat
Tanya: Keluarga saya biasa merendam atau mencuci luka-luka dengan air garam agar cepat kering dan sem-buh. Cara demikian kami dapatkan dari informasi te-tangga. Awalnya, kami takut dengan rasa perih yang ditimbulkan. Setelah diberi tahu caranya, kami pun berani melakukannya. Yaitu garam dilarutkan ke dalam air panas atau hangat. Ketika kami coba, ternyata betul, tidak terasa perih. Pertanyaan saya, apakah air panas itu berpengaruh terhadap jalannya reaksi dan hasil reaksi kimia antara air dengan garam? Pada kasus garam yang dilarutkan dengan air dingin, apa yang menyebabkan rasa perih? Terima kasih atas jawaban Anda. (Dita Himawan Sucipto, di Madiun)
Jawab: Pemakaian garam untuk pengobatan luka sudah dimulai sejak zaman Mesir. Kertas papirus Ebers (1600 SM) menuliskan tentang resep-resep pemanfaatan garam yang dilarutkan dalam air, madu, atau minyak-minyak tertentu untuk mengeringkan luka dan menyembuhkan infeksi akibat jamur. Hippocrates (460 SM) dari Yunani, Dioskurides (100 M) dari Romawi, Galen dari Yunani (129 - 200 M), Ibn Sina dari Arab (980 - 1037 M) mempunyai resep-resep penyembuhan luka dengan garam ini.
Ketika garam dicampur dengan air, terutama air hangat, terbentuklah partikel-partikel dengan muatan listrik yang berbeda: ion natrium yang bermuatan positif dan ion klor yang bermuatan negatif. Ketika larutan garam ini diberikan pada bagian yang luka, ion-ion ini akan mengatur tekanan sel-sel di sekitar luka. Tekanan diatur sedemikian rupa sehingga cairan tidak akan keluar dari dalam sel. Dengan kata lain, luka akan menjadi cepat kering.
Di samping mengeringkan luka, air garam juga dapat membunuh bakteri yang menyerang luka (terutama bakteri staphylococcus dan streptococcus). Sekitar empat tahun yang lalu Prof. Yen Con Hung dari University of Georgia menemukan bahwa air garam yang diberi arus listrik ternyata mampu membunuh banyak bakteri, terutama yang menempel pada berbagai tanaman atau pada papan talenan yang dipakai untuk memotong sayuran.
Mengenai rasa sakit, penyebabnya diperkirakan karena di bawah kulit (di sekitar daerah yang luka) ada sel-sel yang peka terhadap panas dan dingin. Jika sel-sel ini terkena air yang suhunya di bawah batas tertentu, sel-sel ini akan mengirim sinyal ke otak dan otak akan menginterpretasikannya sebagai sakit.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
apa yang anda pikirkan tentang posting di atas..............